Dirangkum oleh : YONI CAHYONO
BUDIDAYA TANAMAN PADI
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Menanam merupakan suatu
kegiatan menempatkan bahan tanam (benih atau bibit) ke media tanam. Menanam
padi di sawah dilakukan dengan cara menempatkan bibit pada lahan sawah dengan
jarak tertentu. Bercocok tanam padi / budidaya padi adalah kegiatan yang bertujuan
mendapatkan hasil yang setinggi-tingginya dengan kualitas sebaik mungkin, untuk
mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan maka, tanaman yang akan ditanam
sehat dan subur. Lahan bercocok tanam diolah untuk meningkatkan kesuburan tanah
sebagai media tumbuh tanaman padi.
Padi
(oryza sativa) adalah bahan baku
pangan pokok yang vital bagi rakyat Indonesia. Menanam padi sawah sudah
mendarah daging bagi sebagian besar petani di Indonesia. Mulanya kegiatan ini
banyak diusahakan di pulau Jawa. Namun, saat ini hampir seluruh daerah di
Indonesia sudah tidak asing lagi dengan kegiatan menanam padi di sawah. Padi merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar.
Sawah adalah tanah yang digarap dan diairi untuk tempat menanam padi. Dalam keperluan ini, sawah harus mampu menyangga genangan air karena padi memerlukan penggenangan pada periode tertentu dalam pertumbuhannya. Untuk mengairi sawah digunakan sistem irigasi dari irigasi, sungai atau air hujan. Sawah yang irigasinya dari air hujan disebut sebagai sawah tadah hujan, sementara yang lainnya disebut sawah irigasi. Padi yang ditanam di sawah dikenal sebagai padi lahan basah (lowland rice).
Sistem penanaman padi di sawah biasanya didahului oleh pengolahan tanah secara sempurna seraya petani melakukan persemaian. Mula-mula sawah dibajak, pembajakan dapat dilakukan dengan mesin, kerbau atau melalui pencangkulan oleh manusia. Setelah dibajak, tanah dibiarkan selama 2-3 hari. Namun di beberapa tempat, tanah dapat dibiarkan sampai 15 hari. Selanjutnya tanah dilumpurkan dengan cara dibajak lagi untuk kedua kalinya atau bahkan ketiga kalinya 3-5 hari menjelang tanam. Setelah itu bibit hasil semaian ditanam dengan cara pengolahan sawah seperti di atas (yang sering disebut pengolahan tanah sempurna, intensif atau konvensional) banyak kelemahan yang timbul penggunaan air di sawah amatlah boros. Selain itu pembajakan dan pelumpuran tanah yang biasa dilakukan oleh petani ternyata menyebabkan banyak butir-butir tanah halus dan unsur hara terbawa air irigasi. Hal ini kurang baik dari segi konservasi lingkungan.
Sawah adalah tanah yang digarap dan diairi untuk tempat menanam padi. Dalam keperluan ini, sawah harus mampu menyangga genangan air karena padi memerlukan penggenangan pada periode tertentu dalam pertumbuhannya. Untuk mengairi sawah digunakan sistem irigasi dari irigasi, sungai atau air hujan. Sawah yang irigasinya dari air hujan disebut sebagai sawah tadah hujan, sementara yang lainnya disebut sawah irigasi. Padi yang ditanam di sawah dikenal sebagai padi lahan basah (lowland rice).
Sistem penanaman padi di sawah biasanya didahului oleh pengolahan tanah secara sempurna seraya petani melakukan persemaian. Mula-mula sawah dibajak, pembajakan dapat dilakukan dengan mesin, kerbau atau melalui pencangkulan oleh manusia. Setelah dibajak, tanah dibiarkan selama 2-3 hari. Namun di beberapa tempat, tanah dapat dibiarkan sampai 15 hari. Selanjutnya tanah dilumpurkan dengan cara dibajak lagi untuk kedua kalinya atau bahkan ketiga kalinya 3-5 hari menjelang tanam. Setelah itu bibit hasil semaian ditanam dengan cara pengolahan sawah seperti di atas (yang sering disebut pengolahan tanah sempurna, intensif atau konvensional) banyak kelemahan yang timbul penggunaan air di sawah amatlah boros. Selain itu pembajakan dan pelumpuran tanah yang biasa dilakukan oleh petani ternyata menyebabkan banyak butir-butir tanah halus dan unsur hara terbawa air irigasi. Hal ini kurang baik dari segi konservasi lingkungan.
Padi merupakan tanaman
yang membutuhkan air cukup banyak untuk hidupnya. Memang tanaman ini tergolong
semi aquatis yang cocok ditanam di lokasi tergenang. Biasanya padi ditanam di
sawah yang menyediakan kebutuhan air cukup untuk pertumbuhannya. Meskipun demikian,
padi juga dapat diusahakan di lahan kering atau ladang istilahnya adalah padi
gogo, namun kebutuhan airnya harus terpenuhi.
Dalam
kegiatan penanaman padi sangat banyak yang harus diperhatikan untuk
menghasilkan hasil budidaya yang baik. Salah satu hal yang harus diperhatikan
adalah cara tanam dan juga pola tanam. Dalam hal ini salah satu contoh pola
tanam dalam mengatur jarak antar tanaman adalah pola jajar legowo. Penanaman
yang baik tanpa disertai pekerjaan yang lain juga akan mengurangi kualitas produksi
padi.
1.2
Tujuan
1. Mendapatkan pengalaman menanam padi secara
langsung di lahan sawah dengan jarak tanam bujur sangkar dam jarak tanam jajar
legowo.
2. Mengidentifikasi perbedaan cara tanam serta
kelebihan dan kekurangan pola tanam konvensional dan jajar legowo.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
Padi (Oriza sativa L.) merupakan komoditas
penting dan menempati urutan pertama di Indonesia. Bahan pangan ini mengandung
8 g protein dan 73 g karbohidrat dalam setiap 100 g. Sebagai bahan pangan
utama, kesinambungan produksi sangat dibutuhkan agar kualitas dan kuantitasnya
tetap terjaga. Selain itu peningkatan teknologi, perbaikan varietas, perbaikan
teknik budidaya, dan pasca
panen perlu dilakukan secara berkesinambungan agar produksi padi terus
berlanjut (Kastanja, 2011).
Padi merupakan tanaman
pangan rumput berumpun. Sejarah menunjukkan bahwa penanaman padi di Zhejiang
(Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun sebelum Masehi. Bukti lainnya penemuan
fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hanstinapur Uttar Pradesh India sekitar 100-800 sebelum Masehi. Tanaman
pangan menyebar hampir secara merata di seluruh wilayah Indonesia meskipun sentra beberapa jenis tanaman pangan terdapat
di daerah tertentu (Merlina dkk, 2012).
Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman
pangan penting yang telah menjadi makanan pokok lebih dari setengah penduduk
dunia. Di Indonesia, padi merupakan komoditas utama dalam menyokong pangan
masyarakat. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi
tantangan dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Oleh karena itu, kebijakan
ketahanan pangan menjadi fokus utama dalam pembangunan pertanian (Anggraini
dkk, 2013).
Sebagian besar produksi
beras nasional saat ini masih mengandalkan produksi padi sawah. Dalam proses
produksinya, padi sawah juga tak terlepas dari berbagai macam kendala.
Kelangkaan tenaga kerja dan keterbatasan air, khususnya saat pengolahan tanah,
merupakan masalah yang tiap tahun muncul. Untuk itu diperlukan alternatif
teknologi pertanian yang dapat meminimalkan dampak adanya kendala tersebut (Prasetiyo,
2002).
Begitu pentingnya arti
padi sehingga kegagalan panen dapat mengakibatkan gejolak sosial luas. Upaya
peningkatan produksi tanaman pangan dihadapkan pada berbagai kendala dan
masalah, antara lain kekeringan dan banjir.Salah satu upaya peningkatan
produktivitas tanaman padi adalah dengan mencukupkan kebutuhan haranya.
Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman
sebab unsur hara yang terdapat di dalam tanah tidak selalu
mencukupi untuk memacu
pertumbuhan tanaman secara
optimal (Supartha dkk, 2012).
Tanaman padi dapat
dikembangbiakkan secara langsung, baik dengan benih maupun benih yang
disemaikan menjadi bibit. Budidaya padi sawah umumnya menggunakan bibit yang
dipindahtanamkan dari persemaian. Benih disemai selama 21 – 28 hari, kemudian
dicabut dan ditanam di lahan yang telah disiapkan. Sementara itu padi gogo
menggunakan benih yang ditanam langsung tanpa disemaikan (Purwono dan
Purnawati, 2007).
Salah satu pembuatan jarak
tanam yang dianjurkan dalam budidaya padi sawah adalah teknik penanaman jajar
legowo. Hal ini disebabkan, teknik jajar legowo akan memudahkan petani untuk
memantau serta mengendalikan gulma, hama, dan penyakit yang menyerang tanaman
padi. Selain itu jajar legowo dapat memudahkan petani untuk perawatan tanaman
(Sriyanto, 2010).
Problem utama produksi
padi di Indonesia adalah lahan sawah di Pulau Jawa yang semakin terbatas akibat
kompetisi dengan infrastruktur, sedangkan lahan luar Jawa belum siap dan belum
berproduksi optimal. Berbagai cara telah diupayakan untukleveling-off,
antara lain sistem Tanam Benih Langsung (Tabela) dan sistem tanam Jajar Legowo
(Habibie dkk, 2011).
Selanjutnya, perubahan elemen
dalam ekosistem pertanian, terutama dalam sistem eco agro dari sawah, telah
menyebabkan masalah dalam pertanian. Namun, kondisi ini dianggap normal
sehingga petani kurang menyadari bahwa itu adalah merugikan menyebabkan
produksi padi semakin menurun. Dengan menggunakan teknologi pertanian organik
berbasis, yaitu SRI (System of Rice Intensification) yang anorganik berbasis
teknologi, atau budidaya padi simultan dan budaya jajar Legowo 2:1 dan Legowo 4:1
sistem, petani dapat membuat evaluasi terhadap kegiatan kerja pertanian mereka
(Haryanto dkk, 2014).
BAB
3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Pengantar
Teknologi Pertanian dengan acara Pengolahan Tanah Sawah dilakukan pada hari Jum’at,
4 April 2014, bertempat di Kebun Percobaan Agrotechno Park Jubung Universitas
Jember pukul 13.00 sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
1. Tali rafia yang sudah diberi tanda
sesuai jarak tanam yang digunakan.
2. Bibit padi dari persemaian yang siap
tanam.
3.3 Cara Kerja
1. Ambil tali rafia yang sudah diberi tanda
sesuai jarak tanam yang digunakan.
2. Bentangkan tali rafia dilahan
3. Tanam bibit padi sesuai dengan pola
tanam yang dtandai pada tai rafia.
4. Sesudah satu baris tertanam semua, geser
tali rafia ke arah belakang (menanam padi dengan pola mundur).
5. Tanam baris berikutnya hingga seluruh
lahan petak ditanami.
BAB
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
A
|
Jarak
Tanam Konvensional (Bujur Sangkar 20 X 20 Cm)
|
1.
|
Tahap
pekerjaan
-
Menyiapkan bibit padi
-
Menyiapkan tali rafia dengan
batasan 20 cm sebagai pengukur batasan jarak antar tanaman
-
Melakukan proses penanaman dengan
jarak antar tanaman padi dengan jarak tanam 20 x 20 cm.
|
2.
|
Pengamatan
Hasil
-
Bibit padi yang sudah tertanam
dengan jarak antar tanaman 20 x 20 cm
|
3.
|
Keterangan
-
Jarak antar tanaman dapat
dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan sesuai dengan verietas padi yang
ditanam
-
Jarak 20 x 20 – 25 x 25 cm.
|
B
|
Jarak
Tanam Jajar Legowo 2:1
|
1.
|
Tahap
pekerjaan
-
Menyiapkan bibit yang sudah siap
ditanam
-
Melakukan penanaman dengan cara
penanamannya yaitu menanam dua baris kemudian diselingi satu kosong, dan
untuk seterusnya
-
Setiap baris pinggir mempunyai
jarak tanam ½ jarak tanam antar barisan.
|
2.
|
Pengamatan
Hasil
-
Bibit padi yang sudah tertanam
dengan barisan yaitu dua baris dengan selingan satu baris kosong.
|
3.
|
Keterangan
-
Jarak tanam pada tipe jajar
legowo 2:1 adalah 20 cm (antar baris) x 10 cm (barisan pinggir) x 40 cm
(barisan kosong).
|
C
|
Jarak
Tanam Jajar Legowo 4:1
|
1.
|
Tahap
pekerjaan
-
Menyiapkan bibit yang sudah siap
ditanam.
-
Melakukan penanaman dengan cara
penanamannya yaitu menanam empat baris kemudian diselingi dengan satu baris
kosong, dan untuk seterusnya
-
Setiap baris pinggir mempunyai
jarak tanam ½ kali jarak tanam pada barisan tengah.
|
2.
|
Pengamatan
Hasil
-
Bibit padi yang telah tertanam di
lahan sawah dengan barisan, empat baris kemudian diselingi satu baris kosong.
|
3.
|
Keterangan
-
Jarak tanam antar tanaman padi
4:1 adalah 20 cm (antar barisan dan pada barisan tengah) x 10 cm ( barisan
pinggir) x 40 cm (barisan kosong).
|
4.2
Pembahasan
Dalam proses kegiatan penanaman padi, terdapat
beberapa tahapan pekerjaan yang dilakukan sebelum melakukan penanaman
diantaranya adalah :
1. Seleksi Benih
Untuk menghasilkan kualitas dan hasil panen yang
baik, benih padi yang dipilih harus benih yang bermutu. Langkah penyeleksian
dan pengolahan benih yaitu dengan cara sebagai berikut :
· Benih padi calon bibit yang dipaka harus
benih yang mempunyai mutu yang baik.
· Masukkan air ke dalam bejana seleksi dan
tambahkan garam secukupnya.
· Kemudian masukkan telur bebek ke dalam
bejana yang telah diisi air dan garam, tunggu telur sampai terapung (posisi di
tengah) ;
· Untuk selanjutnya masukkan benih yang
sudah diseleksi kedalam air garam tersebut;
· Kemudian pad yang terapung dan tenggelam
dipisahkan (benih yang dapat ditanam adalah benih yang tenggelam.
Sebelum melakukan persemaian, benih yang akan
digunakan perlu dipersiapkan dengan baik untuk mendapatkan benih beras dan
berkualitas. Benih yang diperoleh lalu dicuci dengan air bersih untuk
menghilangkan sisa-sisa air garam. Benih yang sudah bersih di rendam selama 24
jam dan kemudian diperam menggunakan kain basah selama dua hari hingga muncul
tunas.
2. Menyemai Bibit
Kegiatan pensemaian bibit merupakan langkah awal
bertanam padi. Pembuatan persemaian memerlukan persiapan sebaik-baiknya, sebab
benih di persemaian ini akan menentukan pertumbuhan tanaman padi di sawah, oleh
karena itu persemian harus benar-benar mendapat perhatian, agar harapan untuk
mendapatkan bibit padi sehat serta subur dapat tercapai. Yang perlu
diperhatikan adalah penggunaan benih padi unggul bersertifikat, dengan
kebutuhan 25-30 kg/ha. Pilih lokasi persemaian yang tanahnya subur serta
intensitas cahaya matahari sempurna. Buat bedengan berukuran lebar 1 m, panjang
4 m, tinggi 20-30 cm. Pada lahan seluas 1 hektar dibutuhkan 4 bedengan. Untuk
menghindari serangan tikus, sebaiknya tempat persemaian padi dikelilingi pagar
plastik. Berikan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 1 kg untuk 4 bedengan.
3. Pengolahan Lahan/Sawah
Sementara kita menunggu bibit sampai berumur 21
hari, lahan yang akan ditanami harus disiapkan dan diolah. Persiapan lahan
dalam budidaya tanaman padi sawah meliputi :
· Pembersihan jerami padi atau sisa
tanaman lain,
· Pencangkulan pada pematang sawah untuk
memperbaiki pematang-pematang rusak, pembajakan dan penggaruan tanah. Lahan
harus benar-benar rata dan datar sehingga akan memudahkan dalam pengaturan air
yang nantinya akan sesuai dengan keperluan.
· Garislah lahan dengan ukuran jarak garis
25 cm,
· Dan dua hari sebelum tanam lahan
ditaburi pupuk.
4. Penanaman
Ø Memindahkan
Bibit
Bibit dipesemaian yang telah berumum 17-25 hari ( tergantung jenis padinya,
genjah / dalam ) dapat segera dipindahkan kelahan yang telah disiapkan.
Syarat -syarat bibit yang siap dipindahkan ke sawah :
ü Bibit telah berumur 17 -25 hari
ü Bibit berdaun 5 -7 helai
ü Batang bagian bawah besar, dan kuat
ü Pertumbuhan bibit seragam ( pada jenis padi yang sama)
ü Bibit tidak terserang hama dan penyakit
ü Bibit yang berumur lebih dari 25 hari kurang baik, bahkan
mungkin telah ada yang mempunyai anakan.
Ø Menanam
Dalam menanam
bibit padi, hal- hal yang harus
diperhatikan adalah :
a. Sistim
larikan ( cara tanam )
ü Akan kelihatan rapi
ü Memudahkan pemeliharaan terutama dalam penyiangan
ü Pemupukan, pengendalian hama dan penyakit akan lebih baik
ü Dan perlakuan-perlakuan lainnya
ü Kebutuhan bibit / pemakaian benih bisa diketahui dengan mudah
b. Jarak
tanam
Faktor yang ikut menentukan jarak tanam pada tanaman padi, tergantung pada :
ü Jenis tanaman
ü Kesuburan tanah
ü Ketinggian
tempat / musim
c. Jumlah
tanaman tiap lubang
Bibit tanaman yang baik sangat menentukan penggunaannya pada setiap lubang
tanam. Penanaman bibit pada setiap lubang-tanam sebanyak 2 -3 batang bibit.
d. Kedalam
menanam bibit
Bibit yang ditanam terlalu dalam / dangkal menyebabkan pertumbuhan tanaman
kurang baik, kedalam tanaman yang baik 3 - 4 cm.
e. Cara
menanam
Penanaman bibit padi diawali
dengan menggaris tanah / menggunakan tali pengukur untuk menentukan jarak
tanam. Setelah pengukuran jarak tanam
selesai dilakukan penanaman padi
secara serentak.
Dalam kegiatan budidaya tanaman padi pasti ada presentase
kegagalannya. Dan terdapat berbagai macam faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan penanaman pada budidaya padi. diantaranya syarat tumbuh, pH tanah,
bibit tanaman padi. Pemahaman mengenai hal-hal tersebut membantu para petani
dalam melakukan proses budidaya padi, khususnya padi sawah. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam budidaya padi adalah :
- Syarat Tumbuh
Lokasi budidaya dan syarat tumbuh tanaman perlu
diketahui untuk menentukan varietas maupun pengendalian hama dan penyakit.
Tanaman padi sawah memerlukan curah hujan antara 200 mm/bulan atau 1500-2000
mm/tahun, ketinggian tempat optimal 0-1500 mdpl dengan suhu optimal sekitar
23°C. Budidaya padi sawah dapat dilakukan di segala musim. Intensitas sinar
matahari penuh tanpa naungan. Air sangat dibutuhkan oleh tanaman padi. Saat
musim kemarau, air harus tersedia untuk meningkatkan produksi. Tanah yang baik
untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah mengandung pasir, debu, maupun
lempung.
- Pengukuran pH Tanah
Meskipun tanaman padi dapat tumbuh baik pada pH
rendah, pengukuran pH sebaik tetap harus dilakukan agar penyerapan akar akan
unsur hara dalam tanah berjalan dengan baik. Tanah dengan pH mendekati netral
atau bahkan netral (nilai 7) untuk pertumbuhan tanaman padi memungkinkan hasil
panen signifikan. Untuk itu pengukuran pH tanah diperlukan agar tingkat
keasaman tanah di lahan masing-masing dapat diketahui.
- Persiapan Lahan
Persiapan lahan dalam budidaya tanaman padi sawah
meliputi pembersihan jerami atau sisa tanaman lain, pencangkulan pematang sawah
untuk memperbaiki pematang-pematang rusak, pemberian kapur pertanian
disesuaikan dengan pH tanah, Pemupukan dasar menggunakan pupuk kandang sebanyak
4 ton/ha (pupuk kandang harus sudah matang/difermentasi), pembajakan serta
penggaruan tanah. Saat melakukan penggaruan sebaiknya saluran pembuangan air
ditutup, agar pupuk yang sudah diberikan tidak hanyut terbawa oleh air.
- Persiapan Bibit Padi dan Penanaman
Persemaian bibit merupakan faktor yang sangat perlu
diperhatikan karena dengan bibit yang baik akan menghasilkan padi yang baik,
oleh karena itu persemian harus benar-benar mendapat perhatian, agar harapan
untuk mendapatkan bibit padi sehat sekaligus subur dapat tercapai. Hal yang
perlu diperhatikan adalah penggunaan benih padi unggul bersertifikat, dengan
kebutuhan benih 25-30 kg/ha. Lokasi persemaian diusahakan pada tanah subur
dengan intensitas cahaya matahari sempurna. Buat bedengan berukuran lebar 1 m,
panjang 4 m, tinggi 20-30 cm. Pada lahan seluas 1 hektar dibutuhkan 4 bedengan.
Untuk menghindari serangan hama tikus, sebaiknya tempat persemaian dikelilingi
pagar plastik. Berikan pupuk NPK sebanyak 1 kg untuk 4 bedengan. Benih padi
yang telah direndam selama 1 malam siap ditebar.
Bibit padi siap pindah tanam saat berumur 18 hari.
Sebelum ditanam, rendam bibit yang telah dicabut dalam larutan insektisida
berbahan aktif karbofuran selama 2 jam dengan konsentrasi 1 gr/liter air. Daun
bibit dibiarkan utuh, tidak dipotong seperti kebiasaan petani. Saat melakukan
penanaman, lahan dalam kondisi macak-macak, tidak perlu tergenang air.
Penanaman padi dilakukan dengan jumlah satu tanaman per titik tanam,
menggunakan sistem jajar legowo 2-1, jarak 15 x 25 cm, lebar barisan legowo 50
cm. Keuntungan cara menanam padi sawah menggunakan sistem ini adalah memberikan
ruang cukup untuk pengaturan air, mengoptimalkan cahaya matahari, pengendalian
hama dan penyakit juga lebih mudah, serta pemupukan lebih berdaya guna.
Penanaman padi pada lahan sawah dilakukan dengan pola atau jarak tanam
yang berbeda sesuai keinginan petani. Adapun beberapa pola / bentuk jarak tanam
pada tanaman padi diantaranya adalah:
a. Konvensional
Secara
umum jarak tanam yang dipakai adalah 20 x 20 cm dan bisa dimodifikasi menjadi 22,5 x 22,55 cm atau 25 X 25 cm sesuai pertimbangan
varietas padi yang akan ditanam atau tingkat kesuburan tanahnya. Jarak tanam
untuk padi yang sejenis dengan varietas IR-64 seperti varietas ciherang cukup
dengan jarak tanam 20 x 20 cm sedangkan
untuk varietas padi yang memiliki penampilan lebat dan tinggi perlu diberi
jarak tanam yang lebih lebar misalnya 22,5 sampai 25 cm. Demikian juga pada
tanah yang kurang subur cukup digunakan jarak tanam 20 x 20 cm sedangkan pada tanah yang lebih subur perlu
diberi jarak yang lebih lebar misal 22,5 cm atau pada tanah yang sangat subur jarak
tanamnya bisa 25 x 25 cm. Pemilihan
ukuran jarak tanam ini bertujuan agar mendapatkan hasil yang optimal. Berikut pola
tanam konvensional yang disajikan dalam gambar.
Gambar 4.1 Pola tanam konvensional
b. Jajar Legowo
Prinsip
dari sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi tanaman dengan
mengatur jarak tanam sehingga pertanaman akan memiliki barisan tanaman yang
diselingi oleh barisan kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir setengah
kali jarak tanam antar barisan. Sistem tanam jajar legowo merupakan salah satu
rekomendasi yang terdapat dalam paket anjuran Pengelolaan Tanaman Terpadu
(PTT).
Sistem
tanam jajar legowo juga merupakan suatu upaya memanipulasi lokasi pertanaman
sehingga pertanaman akan memiliki jumlah tanaman pingir yang lebih banyak
dengan adanya barisan kosong. Seperti diketahui bahwa tanaman padi yang berada
dipinggir memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik dibanding
tanaman padi yang berada di barisan tengah sehingga memberikan hasil produksi
dan kualitas gabah yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena tanaman yang
berada dipinggir akan memperoleh intensitas sinar matahari yang lebih banyak
(efek tanaman pinggir).
Ada beberapa tipe cara tanam sistem jajar
legowo yang secara umum dapat dilakukan yaitu ; tipe legowo (2 : 1), (3 : 1),
(4 : 1), (5 : 1), (6 : 1) dan tipe lainnya yang sudah ada serta telah
diaplikasikan oleh sebagian masyarakat petani di Indonesia. Jajar legowo (2:1)
adalah cara tanam padi dimana setiap dua baris tanaman diselingi oleh satu
barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman antar baris
sedangkan jarak tanaman dalam barisan adalah setengah kali jarak tanam antar
barisan. Dengan demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (2 : 1) adalah 20
cm (antar barisan) x 10 cm (barisan pinggir) x 40 cm (barisan kosong). Berikut
lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar di bawah ini.
Gambar 4.2 Jajar Legowo 2:1
Jajar legowo (4:1)
adalah cara tanam padi dimana setiap empat baris tanaman diselingi oleh satu
barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman antar barisan.
Dengan sistem legowo seperti ini maka setiap baris tanaman ke-1 dan ke-4 akan
termodifikasi menjadi tanaman pinggir yang diharapkan dapat diperoleh hasil
tinggi dari adanya efek tanaman pinggir. Prinsip penambahan jumlah populasi
tanaman dilakukan dengan cara menanam pada setiap barisan pinggir (baris ke-1
dan ke-4) dengan jarak tanam setengah dari jarak tanam antar barisan.
Dengan demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (4
: 1) adalah 20 cm (antar barisan dan pada barisan tengah) x 10 cm (barisan
pinggir) x 40 cm (barisan kosong). Berikut lebih jelasnya dapat dilihat melalui
gambar di bawah ini.
Gambar 4.3 Jajar Legowo 4:1
Pada
pola jarak tanam yang digunakan yaitu pola tanam konvensional dan pola tanam
jajar legowo, keduanya memiliki kelebihan maupun kekurangan dalam penerapannya.
Pada pola tanam
konvensional (bujur
sangkar), memiliki kelebihan sebagai berikut :
· Lebih
mudah dalam penanamannya.
· Membutuhkan sedikit tenaga tanam.
· Waktu tanam dibutuhkan dalam penenaman lebih cepat.
· Efisien dalam penggunaan bibit tanaman padi.
Sedangkan kekurangan dari pola tanam
konvensional yaitu :
· Umumnya tanaman padi akan tumbuh tidak
optimal karena menerima sinar matahari yang rendah dan perolehan unsur hara
yang sedikit akibat adanya persaingan antar individu tanaman dalam jarak tanam
yang rapat.
· Serangan
hama dan penyakit relative lebih banyak karena pada lahan yang tertutup kelembabannya
tinggi.
· Perawatannya
lebih sulit karena jarak tanam yang terlalu rapat.
· Kurang
efisien dalam penggunaan pupuk dan pestisida.
Adapun kelebihan dan tujuan dari penerapan
sistem tanam jajar legowo adalah sebagai berikut :
· Menambah jumlah populasi
tanaman padi sekitar 30 % yang diharapkan akan meningkatkan produksi baik
secara makro maupun mikro.
· Dengan adanya baris kosong akan
mempermudah pelaksanaan pemeliharaan, pemupukan dan pengendalian hama penyakit
tanaman yaitu dilakukan melalui barisan kosong/lorong.
· Mengurangi kemungkinan serangan
hama dan penyakit terutama hama tikus. Pada lahan yang relatif terbuka hama
tikus kurang suka tinggal di dalamnya dan dengan lahan yang relatif terbuka
kelembaban juga akan menjadi lebih rendah sehingga perkembangan penyakit dapat
ditekan.
· Menghemat pupuk karena yang
dipupuk hanya bagian tanaman dalam barisan.
· Dengan menerapkan sistem tanam
jajar legowo akan menambah kemungkinan barisan tanaman untuk mengalami efek
tanaman pinggir dengan memanfaatkan sinar matahari secara optimal bagi tanaman
yang berada pada barisan pinggir. Semakin banyak intensitas sinar matahari yang
mengenai tanaman maka proses metabolisme terutama fotosintesis tanaman yang terjadi
di daun akan semakin tinggi sehingga akan didapatkan kualitas tanaman yang baik
ditinjau dari segi pertumbuhan dan hasil.
Sedangkan kekurangan dari sistem jajar legowo adalah sebagai
berikut:
· Sistem tanam jajar legowo akan
membutuhkan tenaga dan waktu tanam yang lebih banyak.
· Sistem tanam jajar legowo juga
akan membutuhkan benih dan bibit lebih banyak karena adanya penambahan
populasi.
· Pada baris kosong jajar legowo
biasanya akan ditumbuhi lebih banyak rumput/gulma.
· Sistem tanam jajar legowo yang
diterapkan pada lahan yang kurang subur akan meningkatkan jumlah penggunaan
pupuk tetapi masih dalam tingkat signifikasi yang rendah.
· Dengan membutuhkan waktu,
tenaga dan kebutuhan benih yang lebih banyak maka membutuhkan biaya yang lebih
banyak juga dibandingkan dengan budi daya tanpa menggunakan sistem tanam jajar
legowo.
Pagar pada jarak tanam
jajar legowo adalah tanaman yang ditambahkan di tengah-tengah (disisipkan)
antara tanaman yang berada dibarisan paling pinggir pada jarak tanam jajar
legowo. Disebut pagar karena letaknya berada dipinggir yang posisinya berjajar
sehingga terlihat seperti pagar. Pada pola tanaman jajar legowo 2:1, tanaman
yang menjadi pagar tersebut mempunyai jarak tanam ½
kali dari jarak tanam antar barisan. Sedangkan pada pola tanam jajar legowo
4:1, tanaman pagar tersebut memiliki jarak tanam ½ kali dari jarak tanam pada
barisan tengah sehingga tanaman yang dibarisan pinggir terlihat lebih rapat
(seperti pagar) dibandingkan dengan tanaman yang berada pada barisan tengah. Umumnya tanaman
pagar menunjukkan hasil lebih tinggi daripada tanaman di bagian dalam barisan.
Tanaman pinggir juga menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik karena kurangnya
persaingan tanaman antar barisan. Jarak
tanam yang tepat akan memberikan pertumbuhan, jumlah anakan, dan hasil yang
maksimum. Jarak
tanam yang optimum akan memberikan pertumbuhan bagian atas tanaman yang baik
sehingga dapat memanfaatkan lebih banyak cahaya matahari dan pertumbuhan bagian
akar yang juga baik sehingga dapat meman-faatkan lebih banyak unsur hara.
Sebaliknya, jarak tanam yang terlalu rapat akan mengakibatkan terjadinya
kompetisi antar tanaman yang sangat hebat dalam hal cahaya matahari, air, dan
unsur hara. Akibatnya, pertumbuhan tanaman terhambat dan hasil tanaman rendah.
Pada pola tanam jajar
legowo diperlukan adanya pemberian pagar atau tanaman pagar. Pemberian pagar
tersebut bertujuan untuk menambah populasi tanaman padi sehingga dapat
meningkatkan hasil produktivitas tanaman padi tersebut. Hal ini didasari pada tujuan utama
dari penanaman padi dengan pola tanam jajar legowo yaitu meningkatkan populasi
tanaman dengan cara mengatur jarak tanam dan memanipulasi lokasi dari tanaman, seolah-olah
tanaman padi lebih banyak berada di pinggir. Penempatan
tanaman pada lokasi tersebut disebabkan oleh penyinaran matahari yang lebih
didapatkan pada tanaman yang berada dibarisan paling pinggir. Semakin banyak
sinar matahari yang mengenai tanaman maka proses fotosintesis pada daun tanaman
padi semakin meningkat sehingga bobot bulir yang didapatkan lebih berat dan
kualitasnya lebih baik.
Pola
jarak tanam yang cocok untuk budidaya padi dengan tujuan konsumsi adalah pola tanam jajar legowo 2:1. Karena pada setiap baris pola tanam jajar legowo
2:1
terdapat banyak
populasi tanaman. Semua tanaman seolah berada pada barisan pagar yang jarak
tanamanya rapat dan hampir keseluruhan dalam satu baris terisi sehingga dalam
barisan tersebut tidak ditemukan ruang yang kosong. Dibandingkan dengan pola
tanam jajar legowo 4:1, tanaman yang banyak populasinya hanya berada pada
bagian pagarnya saja sedangkan pada barisan tengah populasi tanamannya sedikit
karena terdapat beberapa ruang yang kosong. Hal inilah yang menyebabkan pola
jajar legowo 2:1 dalam produktivitas hasil tanamannya lebih banyak sehingga
cocok untuk digunakan budidaya padi dengan tujuan konsumsi.
Pola
jarak tanam yang cocok untuk budidaya padi dengan tujuan produksi benih adalah pola tanam jajar legowo 4:1. Karena kualitas benih yang dihasilkan dari
penerapan pola tanam jajar legowo 4:1 lebih baik dibandingkan dengan pola
tanaman lainnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya tanaman pagar yang mendapatkan penyinaran matahari
yang cukup, dimana penyinaran matahari yang cukup tersebut dapat meningkatkan
proses fotosintesis pada daun tanaman sehingga bobot bulir padi yang dihasilkan
lebih berat dan jarang sekali ditemukan bulir padi yang tidak bernas. Berdasarkan uraian tersebut, jajar
legowo 4:1 adalah pola tanam yang cocok untuk budidaya dengan tujuan produksi
benih.
BAB
5. PENUTUP
5.1
Kesimpulan
`Berdasarkan
hasil praktikum yang diperoleh maka dapat diambil beberapa kesimpulan
antara lain :
1. Sebelum menanam, ada
tahapan yang harus dilakukan mulai dari menyeleksi bibit, menyemai bibit, dan
mengolah lahan sawah. Terdapat dua tahap dalam penanaman padi yaitu memindahkan
bibit dan menanam.
2. Dalam menanam harus memperhatikan hal-hal seperti
sistem larikan, jarak tanam, jumlah bibit tiap lubang, kedalaman tanaman, dan
cara tanam yang benar.
3. Pola jarak tanam yang digunakan yaitu
pola tanam konvensional dan pola tanam jajar legowo, keduanya memiliki
kelebihan maupun kekurangan dalam penerapannya.
4. Pola jarak tanam yang cocok untuk
budidaya padi dengan tujuan konsumsi yaitu pola tanam jajar legowo 2:1 sedangkan
untuk tujuan produksi benih pola jarak tanam yang cocok adalah pola tanam jajar
legowo 4:1.
5.2
Saran
Dalam kegiatan
praktikum praktikan tidak merasakan seluruh metode penanaman. Seharusnya hal
tersebut harus diperhatikan lagi agar para mahasiswa bisa mengerti dan
merasakan bagaimana menggunakan seluruh metode penanaman baik yang konvensional
maupun yang menggunakan jajar legowo.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini,
Fita., Suryanto, Agus., Aini, Nurul. 2013. Sistem Tanam Dan Umur Bibit Pada
Tanaman Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Varietas
Inpari 13. Produksi Tanaman. 1(2):
2338-3976.
Habibie,
Ahmad S., Nugroho, Agung., Suryanto, Agus. 2011. Kajian Pengaturan Jarak Tanam
Dan Irigasi Berselang (Intermittent
Irrigation) Pada Metode Sri (System
Of Rice Intensification) Terhadap Produktivitas Tanaman Padi (Oryza Sativa L.) Varietas Ciherang. Penelitian. 1(1):11-13.
Haryanto,
Tukeri Eko dkk. 2014. A Study On Different Cropping Systems On Two Renewed
Superior Varieties Of Rice Toward Rice Growth And Yield At Penggalaman Village,
Banjar Regency. Academic Research
International. 5(1): 2223-9944.
Kastanja,
Ariance Y. 2011. Kajian Penerapan Teknik Budidaya Padi Gogo Varietas Lokal. Agroforestri. 6(2): 111-112.
Merlina,
Neni dkk. 2012. Respons Tanaman Padi (Oryza sativa L.) terhadap Takaran
PupukOrganik Plus dan Jenis Pestisida Organik dengan System of Rice
Intensification(SRI) di Lahan Pasang Surut. Lahan
Suboptimal. 1(2): 2252-6188.
Prasetiyo,
Y.T. 2002. Budidaya Padi Sawah TOT (Tanpa
Olah Tanah). Yogyakarta: Kanisius.
Purwono
dan Purnamawati, Heni. 2007. Budidaya 8
Jenis Tanaman Pangan Unggulan. Depok: Penebar Swadaya.
Sriyanto,
Sugeng. Panen Duit dari Bisnis Padi
Organik. Jakarta: PT. AgroMedia.
Supartha,
I Nyoman Y., Wijana, Gede., Adnyana, Gede M. 2012. Aplikasi Jenis Pupuk Organik
pada Tanaman Padi Sistem Pertanian Organik. Agroekoteknologi
Tropika. 1(2): 2301-6515.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar