Kamis, 12 Juni 2014

PENGANTAR TEKNOLOGI PERTANIAN

Dirangkum oleh : YONI CAHYONO


BUDIDAYA TANAMAN PADI

BAB 1. PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Menanam merupakan suatu kegiatan menempatkan bahan tanam (benih atau bibit) ke media tanam. Menanam padi di sawah dilakukan dengan cara menempatkan bibit pada lahan sawah dengan jarak tertentu. Bercocok tanam padi / budidaya padi adalah kegiatan yang bertujuan mendapatkan hasil yang setinggi-tingginya dengan kualitas sebaik mungkin, untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan maka, tanaman yang akan ditanam sehat dan subur. Lahan bercocok tanam diolah untuk meningkatkan kesuburan tanah sebagai media tumbuh tanaman padi.
         Padi (oryza sativa) adalah bahan baku pangan pokok yang vital bagi rakyat Indonesia. Menanam padi sawah sudah mendarah daging bagi sebagian besar petani di Indonesia. Mulanya kegiatan ini banyak diusahakan di pulau Jawa. Namun, saat ini hampir seluruh daerah di Indonesia sudah tidak asing lagi dengan kegiatan menanam padi di sawah. Padi merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar.
       Sawah adalah tanah yang digarap dan diairi untuk tempat menanam padi. Dalam keperluan ini, sawah harus mampu menyangga genangan air karena padi memerlukan penggenangan pada periode tertentu dalam pertumbuhannya. Untuk mengairi sawah digunakan sistem irigasi dari irigasi, sungai atau air hujan. Sawah yang irigasinya dari air hujan disebut sebagai sawah tadah hujan, sementara yang lainnya disebut sawah irigasi. Padi yang ditanam di sawah dikenal sebagai padi lahan basah (lowland rice).
Sistem penanaman padi di sawah biasanya didahului oleh pengolahan tanah secara sempurna seraya petani melakukan persemaian. Mula-mula sawah dibajak, pembajakan dapat dilakukan dengan mesin, kerbau atau melalui pencangkulan oleh manusia. Setelah dibajak, tanah dibiarkan selama 2-3 hari. Namun di beberapa tempat, tanah dapat dibiarkan sampai 15 hari. Selanjutnya tanah dilumpurkan dengan cara dibajak lagi untuk kedua kalinya atau bahkan ketiga kalinya 3-5 hari menjelang tanam. Setelah itu bibit hasil semaian ditanam dengan cara pengolahan sawah seperti di atas (yang sering disebut pengolahan tanah sempurna, intensif atau konvensional) banyak kelemahan yang timbul penggunaan air di sawah amatlah boros. Selain itu pembajakan dan pelumpuran tanah yang biasa dilakukan oleh petani ternyata menyebabkan banyak butir-butir tanah halus dan unsur hara terbawa air irigasi. Hal ini kurang baik dari segi konservasi lingkungan.
Padi merupakan tanaman yang membutuhkan air cukup banyak untuk hidupnya. Memang tanaman ini tergolong semi aquatis yang cocok ditanam di lokasi tergenang. Biasanya padi ditanam di sawah yang menyediakan kebutuhan air cukup untuk pertumbuhannya. Meskipun demikian, padi juga dapat diusahakan di lahan kering atau ladang istilahnya adalah padi gogo, namun kebutuhan airnya harus terpenuhi.
            Dalam kegiatan penanaman padi sangat banyak yang harus diperhatikan untuk menghasilkan hasil budidaya yang baik. Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah cara tanam dan juga pola tanam. Dalam hal ini salah satu contoh pola tanam dalam mengatur jarak antar tanaman adalah pola jajar legowo. Penanaman yang baik tanpa disertai pekerjaan yang lain juga akan mengurangi kualitas produksi padi.

1.2 Tujuan
1.  Mendapatkan pengalaman menanam padi secara langsung di lahan sawah dengan jarak tanam bujur sangkar dam jarak tanam jajar legowo.
2.  Mengidentifikasi perbedaan cara tanam serta kelebihan dan kekurangan pola tanam konvensional dan jajar legowo.







BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Padi (Oriza sativa L.) merupakan komoditas penting dan menempati urutan pertama di Indonesia. Bahan pangan ini mengandung 8 g protein dan 73 g karbohidrat dalam setiap 100 g. Sebagai bahan pangan utama, kesinambungan produksi sangat dibutuhkan agar kualitas dan kuantitasnya tetap terjaga. Selain itu peningkatan teknologi, perbaikan varietas, perbaikan teknik budidaya,  dan  pasca  panen perlu dilakukan secara berkesinambungan agar produksi padi terus berlanjut (Kastanja, 2011).
Padi merupakan tanaman pangan rumput berumpun. Sejarah menunjukkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun sebelum Masehi. Bukti lainnya penemuan fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hanstinapur Uttar Pradesh India  sekitar 100-800 sebelum Masehi. Tanaman pangan menyebar hampir secara merata di seluruh wilayah Indonesia meskipun  sentra beberapa jenis tanaman pangan terdapat di daerah tertentu (Merlina dkk, 2012).
Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan penting yang telah menjadi makanan pokok lebih dari setengah penduduk dunia. Di Indonesia, padi merupakan komoditas utama dalam menyokong pangan masyarakat. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Oleh karena itu, kebijakan ketahanan pangan menjadi fokus utama dalam pembangunan pertanian (Anggraini dkk, 2013).
Sebagian besar produksi beras nasional saat ini masih mengandalkan produksi padi sawah. Dalam proses produksinya, padi sawah juga tak terlepas dari berbagai macam kendala. Kelangkaan tenaga kerja dan keterbatasan air, khususnya saat pengolahan tanah, merupakan masalah yang tiap tahun muncul. Untuk itu diperlukan alternatif teknologi pertanian yang dapat meminimalkan dampak adanya kendala tersebut (Prasetiyo, 2002).
Begitu pentingnya arti padi sehingga kegagalan panen dapat mengakibatkan gejolak sosial luas. Upaya peningkatan produksi tanaman pangan dihadapkan pada berbagai kendala dan masalah, antara lain kekeringan dan banjir.Salah satu upaya peningkatan produktivitas tanaman padi adalah dengan mencukupkan kebutuhan haranya. Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman sebab unsur hara yang terdapat di dalam tanah tidak  selalu  mencukupi  untuk  memacu  pertumbuhan  tanaman  secara  optimal (Supartha dkk, 2012).
Tanaman padi dapat dikembangbiakkan secara langsung, baik dengan benih maupun benih yang disemaikan menjadi bibit. Budidaya padi sawah umumnya menggunakan bibit yang dipindahtanamkan dari persemaian. Benih disemai selama 21 – 28 hari, kemudian dicabut dan ditanam di lahan yang telah disiapkan. Sementara itu padi gogo menggunakan benih yang ditanam langsung tanpa disemaikan (Purwono dan Purnawati, 2007).
Salah satu pembuatan jarak tanam yang dianjurkan dalam budidaya padi sawah adalah teknik penanaman jajar legowo. Hal ini disebabkan, teknik jajar legowo akan memudahkan petani untuk memantau serta mengendalikan gulma, hama, dan penyakit yang menyerang tanaman padi. Selain itu jajar legowo dapat memudahkan petani untuk perawatan tanaman (Sriyanto, 2010).
Problem utama produksi padi di Indonesia adalah lahan sawah di Pulau Jawa yang semakin terbatas akibat kompetisi dengan infrastruktur, sedangkan lahan luar Jawa belum siap dan belum berproduksi optimal. Berbagai cara telah diupayakan untukleveling-off, antara lain sistem Tanam Benih Langsung (Tabela) dan sistem tanam Jajar Legowo (Habibie dkk, 2011).
Selanjutnya, perubahan elemen dalam ekosistem pertanian, terutama dalam sistem eco agro dari sawah, telah menyebabkan masalah dalam pertanian. Namun, kondisi ini dianggap normal sehingga petani kurang menyadari bahwa itu adalah merugikan menyebabkan produksi padi semakin menurun. Dengan menggunakan teknologi pertanian organik berbasis, yaitu SRI (System of Rice Intensification) yang anorganik berbasis teknologi, atau budidaya padi simultan dan budaya jajar Legowo 2:1 dan Legowo 4:1 sistem, petani dapat membuat evaluasi terhadap kegiatan kerja pertanian mereka (Haryanto dkk, 2014).




BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Pengantar Teknologi Pertanian dengan acara Pengolahan Tanah Sawah dilakukan pada hari Jum’at, 4 April 2014, bertempat di Kebun Percobaan Agrotechno Park Jubung Universitas Jember pukul 13.00 sampai selesai.

3.2 Alat dan Bahan
1.   Tali rafia yang sudah diberi tanda sesuai jarak tanam yang digunakan.
2.   Bibit padi dari persemaian yang siap tanam.

3.3 Cara Kerja
1.   Ambil tali rafia yang sudah diberi tanda sesuai jarak tanam yang digunakan.
2.   Bentangkan tali rafia dilahan
3.   Tanam bibit padi sesuai dengan pola tanam yang dtandai pada tai rafia.
4.   Sesudah satu baris tertanam semua, geser tali rafia ke arah belakang (menanam padi dengan pola mundur).
5.   Tanam baris berikutnya hingga seluruh lahan petak ditanami.



BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
A
Jarak Tanam Konvensional (Bujur Sangkar 20 X 20 Cm)
1.
Tahap pekerjaan
-          Menyiapkan bibit padi
-          Menyiapkan tali rafia dengan batasan 20 cm sebagai pengukur batasan jarak antar tanaman
-          Melakukan proses penanaman dengan jarak antar tanaman padi dengan jarak tanam 20 x 20 cm.
2.
Pengamatan Hasil
-          Bibit padi yang sudah tertanam dengan jarak antar tanaman 20 x 20 cm
3.
Keterangan
-          Jarak antar tanaman dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan sesuai dengan verietas padi yang ditanam
-          Jarak 20 x 20 – 25 x 25 cm.

B
Jarak Tanam Jajar Legowo 2:1
1.
Tahap pekerjaan
-          Menyiapkan bibit yang sudah siap ditanam
-          Melakukan penanaman dengan cara penanamannya yaitu menanam dua baris kemudian diselingi satu kosong, dan untuk seterusnya
-          Setiap baris pinggir mempunyai jarak tanam ½ jarak tanam antar barisan.
2.
Pengamatan Hasil
-          Bibit padi yang sudah tertanam dengan barisan yaitu dua baris dengan selingan satu baris kosong.

3.
Keterangan
-          Jarak tanam pada tipe jajar legowo 2:1 adalah 20 cm (antar baris) x 10 cm (barisan pinggir) x 40 cm (barisan kosong).

C
Jarak Tanam Jajar Legowo 4:1
1.
Tahap pekerjaan
-          Menyiapkan bibit yang sudah siap ditanam.
-          Melakukan penanaman dengan cara penanamannya yaitu menanam empat baris kemudian diselingi dengan satu baris kosong, dan untuk seterusnya
-          Setiap baris pinggir mempunyai jarak tanam ½ kali jarak tanam pada barisan tengah.
2.
Pengamatan Hasil
-          Bibit padi yang telah tertanam di lahan sawah dengan barisan, empat baris kemudian diselingi satu baris kosong.
3.
Keterangan
-          Jarak tanam antar tanaman padi 4:1 adalah 20 cm (antar barisan dan pada barisan tengah) x 10 cm ( barisan pinggir) x 40 cm (barisan kosong).

4.2 Pembahasan
Dalam proses kegiatan penanaman padi, terdapat beberapa tahapan pekerjaan yang dilakukan sebelum melakukan penanaman diantaranya adalah :
1.   Seleksi Benih
Untuk menghasilkan kualitas dan hasil panen yang baik, benih padi yang dipilih harus benih yang bermutu. Langkah penyeleksian dan pengolahan benih yaitu dengan cara sebagai berikut :
·  Benih padi calon bibit yang dipaka harus benih yang mempunyai mutu yang baik.
·  Masukkan air ke dalam bejana seleksi dan tambahkan garam secukupnya.
·  Kemudian masukkan telur bebek ke dalam bejana yang telah diisi air dan garam, tunggu telur sampai terapung (posisi di tengah) ;
· Untuk selanjutnya masukkan benih yang sudah diseleksi kedalam air garam tersebut;
· Kemudian pad yang terapung dan tenggelam dipisahkan (benih yang dapat ditanam adalah benih yang tenggelam.
Sebelum melakukan persemaian, benih yang akan digunakan perlu dipersiapkan dengan baik untuk mendapatkan benih beras dan berkualitas. Benih yang diperoleh lalu dicuci dengan air bersih untuk menghilangkan sisa-sisa air garam. Benih yang sudah bersih di rendam selama 24 jam dan kemudian diperam menggunakan kain basah selama dua hari hingga muncul tunas.

2.   Menyemai Bibit
Kegiatan pensemaian bibit merupakan langkah awal bertanam padi. Pembuatan persemaian memerlukan persiapan sebaik-baiknya, sebab benih di persemaian ini akan menentukan pertumbuhan tanaman padi di sawah, oleh karena itu persemian harus benar-benar mendapat perhatian, agar harapan untuk mendapatkan bibit padi sehat serta subur dapat tercapai. Yang perlu diperhatikan adalah penggunaan benih padi unggul bersertifikat, dengan kebutuhan 25-30 kg/ha. Pilih lokasi persemaian yang tanahnya subur serta intensitas cahaya matahari sempurna. Buat bedengan berukuran lebar 1 m, panjang 4 m, tinggi 20-30 cm. Pada lahan seluas 1 hektar dibutuhkan 4 bedengan. Untuk menghindari serangan tikus, sebaiknya tempat persemaian padi dikelilingi pagar plastik. Berikan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 1 kg untuk 4 bedengan.

3.  Pengolahan Lahan/Sawah
Sementara kita menunggu bibit sampai berumur 21 hari, lahan yang akan ditanami harus disiapkan dan diolah. Persiapan lahan dalam budidaya tanaman padi sawah meliputi :
·   Pembersihan jerami padi atau sisa tanaman lain,
·  Pencangkulan pada pematang sawah untuk memperbaiki pematang-pematang rusak, pembajakan dan penggaruan tanah. Lahan harus benar-benar rata dan datar sehingga akan memudahkan dalam pengaturan air yang nantinya akan sesuai dengan keperluan.
·   Garislah lahan dengan ukuran jarak garis 25 cm,
·   Dan dua hari sebelum tanam lahan ditaburi pupuk.

4.   Penanaman
Ø  Memindahkan Bibit
Bibit dipesemaian yang telah berumum 17-25 hari ( tergantung jenis padinya, genjah / dalam ) dapat segera dipindahkan kelahan yang telah disiapkan.
Syarat -syarat bibit yang siap dipindahkan ke sawah :
ü  Bibit telah berumur 17 -25 hari
ü  Bibit berdaun 5 -7 helai
ü  Batang bagian bawah besar, dan kuat
ü  Pertumbuhan bibit seragam ( pada jenis padi yang sama)
ü  Bibit tidak terserang hama dan penyakit
ü  Bibit yang berumur lebih dari 25 hari kurang baik, bahkan mungkin telah ada yang mempunyai anakan.
Ø  Menanam
Dalam menanam bibit padi, hal- hal yang harus diperhatikan adalah :
a.    Sistim larikan ( cara tanam )
ü  Akan kelihatan rapi
ü  Memudahkan pemeliharaan terutama dalam  penyiangan
ü  Pemupukan, pengendalian hama dan penyakit akan lebih baik
ü  Dan perlakuan-perlakuan lainnya
ü  Kebutuhan bibit / pemakaian benih bisa diketahui  dengan mudah
  
b.  Jarak tanam
Faktor yang ikut menentukan jarak tanam pada tanaman padi, tergantung pada :
ü  Jenis tanaman
ü  Kesuburan tanah
ü  Ketinggian tempat / musim
c.  Jumlah tanaman tiap lubang
Bibit tanaman yang baik sangat menentukan penggunaannya pada setiap lubang tanam. Penanaman bibit pada setiap lubang-tanam sebanyak 2 -3 batang bibit.
d.  Kedalam menanam bibit
Bibit yang ditanam terlalu dalam / dangkal menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang baik, kedalam tanaman yang baik 3 - 4 cm.
e.   Cara menanam
Penanaman bibit padi diawali dengan menggaris tanah / menggunakan tali pengukur untuk menentukan jarak tanam. Setelah pengukuran jarak tanam selesai dilakukan penanaman padi secara serentak.
Dalam kegiatan budidaya tanaman padi pasti ada presentase kegagalannya. Dan terdapat berbagai macam faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penanaman pada budidaya padi. diantaranya syarat tumbuh, pH tanah, bibit tanaman padi. Pemahaman mengenai hal-hal tersebut membantu para petani dalam melakukan proses budidaya padi, khususnya padi sawah. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam budidaya padi adalah :
  1. Syarat Tumbuh
Lokasi budidaya dan syarat tumbuh tanaman perlu diketahui untuk menentukan varietas maupun pengendalian hama dan penyakit. Tanaman padi sawah memerlukan curah hujan antara 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun, ketinggian tempat optimal 0-1500 mdpl dengan suhu optimal sekitar 23°C. Budidaya padi sawah dapat dilakukan di segala musim. Intensitas sinar matahari penuh tanpa naungan. Air sangat dibutuhkan oleh tanaman padi. Saat musim kemarau, air harus tersedia untuk meningkatkan produksi. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah mengandung pasir, debu, maupun lempung.
  1. Pengukuran pH Tanah
Meskipun tanaman padi dapat tumbuh baik pada pH rendah, pengukuran pH sebaik tetap harus dilakukan agar penyerapan akar akan unsur hara dalam tanah berjalan dengan baik. Tanah dengan pH mendekati netral atau bahkan netral (nilai 7) untuk pertumbuhan tanaman padi memungkinkan hasil panen signifikan. Untuk itu pengukuran pH tanah diperlukan agar tingkat keasaman tanah di lahan masing-masing dapat diketahui.
  1. Persiapan Lahan
Persiapan lahan dalam budidaya tanaman padi sawah meliputi pembersihan jerami atau sisa tanaman lain, pencangkulan pematang sawah untuk memperbaiki pematang-pematang rusak, pemberian kapur pertanian disesuaikan dengan pH tanah, Pemupukan dasar menggunakan pupuk kandang sebanyak 4 ton/ha (pupuk kandang harus sudah matang/difermentasi), pembajakan serta penggaruan tanah. Saat melakukan penggaruan sebaiknya saluran pembuangan air ditutup, agar pupuk yang sudah diberikan tidak hanyut terbawa oleh air.
  1. Persiapan Bibit Padi dan Penanaman
Persemaian bibit merupakan faktor yang sangat perlu diperhatikan karena dengan bibit yang baik akan menghasilkan padi yang baik, oleh karena itu persemian harus benar-benar mendapat perhatian, agar harapan untuk mendapatkan bibit padi sehat sekaligus subur dapat tercapai. Hal yang perlu diperhatikan adalah penggunaan benih padi unggul bersertifikat, dengan kebutuhan benih 25-30 kg/ha. Lokasi persemaian diusahakan pada tanah subur dengan intensitas cahaya matahari sempurna. Buat bedengan berukuran lebar 1 m, panjang 4 m, tinggi 20-30 cm. Pada lahan seluas 1 hektar dibutuhkan 4 bedengan. Untuk menghindari serangan hama tikus, sebaiknya tempat persemaian dikelilingi pagar plastik. Berikan pupuk NPK sebanyak 1 kg untuk 4 bedengan. Benih padi yang telah direndam selama 1 malam siap ditebar.
Bibit padi siap pindah tanam saat berumur 18 hari. Sebelum ditanam, rendam bibit yang telah dicabut dalam larutan insektisida berbahan aktif karbofuran selama 2 jam dengan konsentrasi 1 gr/liter air. Daun bibit dibiarkan utuh, tidak dipotong seperti kebiasaan petani. Saat melakukan penanaman, lahan dalam kondisi macak-macak, tidak perlu tergenang air. Penanaman padi dilakukan dengan jumlah satu tanaman per titik tanam, menggunakan sistem jajar legowo 2-1, jarak 15 x 25 cm, lebar barisan legowo 50 cm. Keuntungan cara menanam padi sawah menggunakan sistem ini adalah memberikan ruang cukup untuk pengaturan air, mengoptimalkan cahaya matahari, pengendalian hama dan penyakit juga lebih mudah, serta pemupukan lebih berdaya guna.
Penanaman padi pada lahan sawah dilakukan dengan pola atau jarak tanam yang berbeda sesuai keinginan petani. Adapun beberapa pola / bentuk jarak tanam pada tanaman padi diantaranya adalah:
a.    Konvensional
Secara umum jarak tanam yang dipakai adalah 20 x 20 cm dan bisa dimodifikasi menjadi 22,5 x 22,55 cm atau 25 X 25 cm sesuai pertimbangan varietas padi yang akan ditanam atau tingkat kesuburan tanahnya. Jarak tanam untuk padi yang sejenis dengan varietas IR-64 seperti varietas ciherang cukup dengan jarak tanam 20 x 20 cm sedangkan untuk varietas padi yang memiliki penampilan lebat dan tinggi perlu diberi jarak tanam yang lebih lebar misalnya 22,5 sampai 25 cm. Demikian juga pada tanah yang kurang subur cukup digunakan jarak tanam 20 x 20 cm sedangkan pada tanah yang lebih subur perlu diberi jarak yang lebih lebar misal 22,5 cm atau pada tanah yang sangat subur jarak tanamnya bisa 25 x 25 cm. Pemilihan ukuran jarak tanam ini bertujuan agar mendapatkan hasil yang optimal. Berikut pola tanam konvensional yang disajikan dalam gambar.
                

     Gambar 4.1 Pola tanam konvensional

b.    Jajar Legowo
Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi tanaman dengan mengatur jarak tanam sehingga pertanaman akan memiliki barisan tanaman yang diselingi oleh barisan kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir setengah kali jarak tanam antar barisan. Sistem tanam jajar legowo merupakan salah satu rekomendasi yang terdapat dalam paket anjuran Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).
Sistem tanam jajar legowo juga merupakan suatu upaya memanipulasi lokasi pertanaman sehingga pertanaman akan memiliki jumlah tanaman pingir yang lebih banyak dengan adanya barisan kosong. Seperti diketahui bahwa tanaman padi yang berada dipinggir memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik dibanding tanaman padi yang berada di barisan tengah sehingga memberikan hasil produksi dan kualitas gabah yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena tanaman yang berada dipinggir akan memperoleh intensitas sinar matahari yang lebih banyak (efek tanaman pinggir).
Ada beberapa tipe cara tanam sistem jajar legowo yang secara umum dapat dilakukan yaitu ; tipe legowo (2 : 1), (3 : 1), (4 : 1), (5 : 1), (6 : 1) dan tipe lainnya yang sudah ada serta telah diaplikasikan oleh sebagian masyarakat petani di Indonesia. Jajar legowo (2:1) adalah cara tanam padi dimana setiap dua baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman antar baris sedangkan jarak tanaman dalam barisan adalah setengah kali jarak tanam antar barisan. Dengan demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (2 : 1) adalah 20 cm (antar barisan) x 10 cm (barisan pinggir) x 40 cm (barisan kosong). Berikut lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar di bawah ini.

        Gambar 4.2 Jajar Legowo 2:1
Jajar legowo (4:1) adalah cara tanam padi dimana setiap empat baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman antar barisan. Dengan sistem legowo seperti ini maka setiap baris tanaman ke-1 dan ke-4 akan termodifikasi menjadi tanaman pinggir yang diharapkan dapat diperoleh hasil tinggi dari adanya efek tanaman pinggir. Prinsip penambahan jumlah populasi tanaman dilakukan dengan cara menanam pada setiap barisan pinggir (baris ke-1 dan ke-4) dengan jarak tanam setengah dari jarak tanam antar barisan.
Dengan demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (4 : 1) adalah 20 cm (antar barisan dan pada barisan tengah) x 10 cm (barisan pinggir) x 40 cm (barisan kosong). Berikut lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar di bawah ini.
          

   Gambar 4.3 Jajar Legowo 4:1

Pada pola jarak tanam yang digunakan yaitu pola tanam konvensional dan pola tanam jajar legowo, keduanya memiliki kelebihan maupun kekurangan dalam penerapannya. Pada pola tanam konvensional (bujur sangkar), memiliki kelebihan sebagai berikut :
·    Lebih mudah dalam penanamannya.
·    Membutuhkan sedikit tenaga tanam.
·    Waktu tanam dibutuhkan dalam penenaman lebih cepat.
·    Efisien dalam penggunaan bibit tanaman padi.
Sedangkan kekurangan dari pola tanam konvensional yaitu :
·  Umumnya tanaman padi akan tumbuh tidak optimal karena menerima sinar matahari yang rendah dan perolehan unsur hara yang sedikit akibat adanya persaingan antar individu tanaman dalam jarak tanam yang rapat.
·  Serangan hama dan penyakit relative lebih banyak karena pada lahan yang tertutup kelembabannya tinggi.
·   Perawatannya lebih sulit karena jarak tanam yang terlalu rapat.
·   Kurang efisien dalam penggunaan pupuk dan pestisida.
Adapun kelebihan dan tujuan dari penerapan sistem tanam jajar legowo adalah sebagai berikut :
·  Menambah jumlah populasi tanaman padi sekitar 30 % yang diharapkan akan meningkatkan produksi baik secara makro maupun mikro.
·  Dengan adanya baris kosong akan mempermudah pelaksanaan pemeliharaan, pemupukan dan pengendalian hama penyakit tanaman yaitu dilakukan melalui barisan kosong/lorong.
·  Mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit terutama hama tikus. Pada lahan yang relatif terbuka hama tikus kurang suka tinggal di dalamnya dan dengan lahan yang relatif terbuka kelembaban juga akan menjadi lebih rendah sehingga perkembangan penyakit dapat ditekan.
·   Menghemat pupuk karena yang dipupuk hanya bagian tanaman dalam barisan.
·   Dengan menerapkan sistem tanam jajar legowo akan menambah kemungkinan barisan tanaman untuk mengalami efek tanaman pinggir dengan memanfaatkan sinar matahari secara optimal bagi tanaman yang berada pada barisan pinggir. Semakin banyak intensitas sinar matahari yang mengenai tanaman maka proses metabolisme terutama fotosintesis tanaman yang terjadi di daun akan semakin tinggi sehingga akan didapatkan kualitas tanaman yang baik ditinjau dari segi pertumbuhan dan hasil.
Sedangkan kekurangan dari sistem jajar legowo adalah sebagai berikut:
·  Sistem tanam jajar legowo akan membutuhkan tenaga dan waktu tanam yang lebih banyak.
·   Sistem tanam jajar legowo juga akan membutuhkan benih dan bibit lebih banyak karena adanya penambahan populasi.
· Pada baris kosong jajar legowo biasanya akan ditumbuhi lebih banyak rumput/gulma.
·   Sistem tanam jajar legowo yang diterapkan pada lahan yang kurang subur akan meningkatkan jumlah penggunaan pupuk tetapi masih dalam tingkat signifikasi yang rendah.
·  Dengan membutuhkan waktu, tenaga dan kebutuhan benih yang lebih banyak maka membutuhkan biaya yang lebih banyak juga dibandingkan dengan budi daya tanpa menggunakan sistem tanam jajar legowo.
Pagar pada jarak tanam jajar legowo adalah tanaman yang ditambahkan di tengah-tengah (disisipkan) antara tanaman yang berada dibarisan paling pinggir pada jarak tanam jajar legowo. Disebut pagar karena letaknya berada dipinggir yang posisinya berjajar sehingga terlihat seperti pagar. Pada pola tanaman jajar legowo 2:1, tanaman yang menjadi pagar tersebut mempunyai jarak tanam ½ kali dari jarak tanam antar barisan. Sedangkan pada pola tanam jajar legowo 4:1, tanaman pagar tersebut memiliki jarak tanam ½ kali dari jarak tanam pada barisan tengah sehingga tanaman yang dibarisan pinggir terlihat lebih rapat (seperti pagar) dibandingkan dengan tanaman yang berada pada barisan tengah. Umumnya tanaman pagar menunjukkan hasil lebih tinggi daripada tanaman di bagian dalam barisan. Tanaman pinggir juga menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik karena kurangnya persaingan tanaman antar barisan. Jarak tanam yang tepat akan memberikan pertumbuhan, jumlah anakan, dan hasil yang maksimum. Jarak tanam yang optimum akan memberikan pertumbuhan bagian atas tanaman yang baik sehingga dapat memanfaatkan lebih banyak cahaya matahari dan pertumbuhan bagian akar yang juga baik sehingga dapat meman-faatkan lebih banyak unsur hara. Sebaliknya, jarak tanam yang terlalu rapat akan mengakibatkan terjadinya kompetisi antar tanaman yang sangat hebat dalam hal cahaya matahari, air, dan unsur hara. Akibatnya, pertumbuhan tanaman terhambat dan hasil tanaman rendah.
Pada pola tanam jajar legowo diperlukan adanya pemberian pagar atau tanaman pagar. Pemberian pagar tersebut bertujuan untuk menambah populasi tanaman padi sehingga dapat meningkatkan hasil produktivitas tanaman padi tersebut. Hal ini didasari pada tujuan utama dari penanaman padi dengan pola tanam jajar legowo yaitu meningkatkan populasi tanaman dengan cara mengatur jarak tanam dan memanipulasi lokasi dari tanaman, seolah-olah tanaman padi lebih banyak berada di pinggir. Penempatan tanaman pada lokasi tersebut disebabkan oleh penyinaran matahari yang lebih didapatkan pada tanaman yang berada dibarisan paling pinggir. Semakin banyak sinar matahari yang mengenai tanaman maka proses fotosintesis pada daun tanaman padi semakin meningkat sehingga bobot bulir yang didapatkan lebih berat dan kualitasnya lebih baik.
Pola jarak tanam yang cocok untuk budidaya padi dengan tujuan konsumsi adalah pola tanam jajar legowo 2:1. Karena pada setiap baris pola tanam jajar legowo 2:1 terdapat banyak populasi tanaman. Semua tanaman seolah berada pada barisan pagar yang jarak tanamanya rapat dan hampir keseluruhan dalam satu baris terisi sehingga dalam barisan tersebut tidak ditemukan ruang yang kosong. Dibandingkan dengan pola tanam jajar legowo 4:1, tanaman yang banyak populasinya hanya berada pada bagian pagarnya saja sedangkan pada barisan tengah populasi tanamannya sedikit karena terdapat beberapa ruang yang kosong. Hal inilah yang menyebabkan pola jajar legowo 2:1 dalam produktivitas hasil tanamannya lebih banyak sehingga cocok untuk digunakan budidaya padi dengan tujuan konsumsi.
Pola jarak tanam yang cocok untuk budidaya padi dengan tujuan produksi benih adalah pola tanam jajar legowo 4:1. Karena kualitas benih yang dihasilkan dari penerapan pola tanam jajar legowo 4:1 lebih baik dibandingkan dengan pola tanaman lainnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya tanaman pagar yang mendapatkan penyinaran matahari yang cukup, dimana penyinaran matahari yang cukup tersebut dapat meningkatkan proses fotosintesis pada daun tanaman sehingga bobot bulir padi yang dihasilkan lebih berat dan jarang sekali ditemukan bulir padi yang tidak bernas. Berdasarkan uraian tersebut, jajar legowo 4:1 adalah pola tanam yang cocok untuk budidaya dengan tujuan produksi benih.





BAB 5. PENUTUP

5.1    Kesimpulan
`Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain :
1. Sebelum menanam, ada tahapan yang harus dilakukan mulai dari menyeleksi bibit, menyemai bibit, dan mengolah lahan sawah. Terdapat dua tahap dalam penanaman padi yaitu memindahkan bibit dan menanam.
2.  Dalam menanam harus memperhatikan hal-hal seperti sistem larikan, jarak tanam, jumlah bibit tiap lubang, kedalaman tanaman, dan cara tanam yang benar.
3.  Pola jarak tanam yang digunakan yaitu pola tanam konvensional dan pola tanam jajar legowo, keduanya memiliki kelebihan maupun kekurangan dalam penerapannya.
4.  Pola jarak tanam yang cocok untuk budidaya padi dengan tujuan konsumsi yaitu pola tanam jajar legowo 2:1 sedangkan untuk tujuan produksi benih pola jarak tanam yang cocok adalah pola tanam jajar legowo 4:1.

5.2    Saran
Dalam kegiatan praktikum praktikan tidak merasakan seluruh metode penanaman. Seharusnya hal tersebut harus diperhatikan lagi agar para mahasiswa bisa mengerti dan merasakan bagaimana menggunakan seluruh metode penanaman baik yang konvensional maupun yang menggunakan jajar legowo.








DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Fita., Suryanto, Agus., Aini, Nurul. 2013. Sistem Tanam Dan Umur Bibit Pada Tanaman Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Varietas Inpari 13. Produksi Tanaman. 1(2): 2338-3976.

Habibie, Ahmad S., Nugroho, Agung., Suryanto, Agus. 2011. Kajian Pengaturan Jarak Tanam Dan Irigasi Berselang (Intermittent Irrigation) Pada Metode Sri (System Of Rice Intensification) Terhadap Produktivitas Tanaman Padi (Oryza Sativa L.) Varietas Ciherang. Penelitian. 1(1):11-13.

Haryanto, Tukeri Eko dkk. 2014. A Study On Different Cropping Systems On Two Renewed Superior Varieties Of Rice Toward Rice Growth And Yield At Penggalaman Village, Banjar Regency. Academic Research International. 5(1): 2223-9944.

Kastanja, Ariance Y. 2011. Kajian Penerapan Teknik Budidaya Padi Gogo Varietas Lokal. Agroforestri. 6(2): 111-112.


Merlina, Neni dkk. 2012. Respons Tanaman Padi (Oryza sativa L.) terhadap Takaran PupukOrganik Plus dan Jenis Pestisida Organik dengan System of Rice Intensification(SRI) di Lahan Pasang Surut. Lahan Suboptimal. 1(2): 2252-6188.

Prasetiyo, Y.T. 2002. Budidaya Padi Sawah TOT (Tanpa Olah Tanah). Yogyakarta: Kanisius.

Purwono dan Purnamawati, Heni. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggulan. Depok: Penebar Swadaya.

Sriyanto, Sugeng. Panen Duit dari Bisnis Padi Organik. Jakarta: PT. AgroMedia.

Supartha, I Nyoman Y., Wijana, Gede., Adnyana, Gede M. 2012. Aplikasi Jenis Pupuk Organik pada Tanaman Padi Sistem Pertanian Organik. Agroekoteknologi Tropika. 1(2): 2301-6515.